Membesar –
besarkan kurban
3.HADITS
KETIGA
Mukaddimah
Pada menjelang hari-hari ‘Idul Qurban ini banyak kita dengar para khatib membacakan hadits-hadits yang intinya memberikan sugesti agar kita berkurban, tetapi kadangkala di antara hadits-hadits tersebut banyak yang perlu ditinjau ulang lagi, apakah kualitasnya terjamin alias dapat dijadikan hujjah atau kah tidak.?
Salah satunya adalah hadits yang kita kaji kali ini, silahkan simak selanjutnya.!!
Pada menjelang hari-hari ‘Idul Qurban ini banyak kita dengar para khatib membacakan hadits-hadits yang intinya memberikan sugesti agar kita berkurban, tetapi kadangkala di antara hadits-hadits tersebut banyak yang perlu ditinjau ulang lagi, apakah kualitasnya terjamin alias dapat dijadikan hujjah atau kah tidak.?
Salah satunya adalah hadits yang kita kaji kali ini, silahkan simak selanjutnya.!!
Teks Hadits
عَظِّمُوْا ضَحَايَاكُمْ
فَإِنَّهَا عَلَى الصِّرَاطِ مَطَايَاكُمْ
“Besar-besarkan
qurban-qurban kamu sebab ia akan menjadi kendaraanmu di atas shirath (kelak).”
Kualitas hadits: Tidak ada
asalnya dengan lafazh semacam ini.
Ibn ash-Shalaah berkata, “Hadits ini tidak dikenal dan tidak tsabit (valid).”
Ibn ash-Shalaah berkata, “Hadits ini tidak dikenal dan tidak tsabit (valid).”
Dinukil
oleh syaikh Isma’il al-‘Ajluny di dalam kitab Kasyf al-Khafaa`,
sebelumnya dinukil oleh Ibn al-Mulaqqin di dalam kitab al-Khulashah
(Jld.II, h.164), dia menambahkan, “Menurutku, pengarang Musnad al-Firdaus
menisbatkannya dengan lafazh “Istafrihuu” sebagai ganti lafazh “’Azhzhimuu”
(di atas). Kedua-duanya bermakna, “Berkurbanlah dengan qurban yang mahal,
kuat dan gemuk.”
Syaikh al-Albany mengomentari: “Dan sanadnya Dla’if
Jiddan (lemah sekali). (Lihat, Silsilah al-Ahaadiits
adl-Dla’ifah Wa al-Mawdluu’ah Wa Atsaruha as-Sayyi` Fi al-Ummah, Jld.I,
h.173-174, no.74)
Di dalam buku yang sama, jld.III, h.411, no.1255, Syaikh al-Albany mengetengahkan hadits lainnya yang semakna dengan hadits di atas, hanya berbeda lafazh saja, yaitu dengan teks:
اِسْتَفْرِهُوْا
ضَحاَيَاكُمْ فَإِنَّهَا مَطَايَاكُمْ عَلَى الصِّرَاطِ
Syaik al-Albany mengomentari: “Kualitasnya
Dla’if Jiddan (Lemah Sekali). Hadits ini diriwayatkan oleh adl-Dliyaa` di
dalam kitab al-Muntaqa Min Masmuu’aatihi Bi Marw (Jld.II, h.33), dari
Yahya bin ‘Ubaidullah, dari ayahnya, dia berkata, ‘Aku mendengar Abu Hurairah
berkata, … Lalu ia menyebutkannya secara marfu’.”
Menurutku
(Syaikh al-Albany): “Sanad ini Dla’if Jiddan .
Alasannya, ada cacat pada periwayat bernama Ibn ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin
Mawhib al-Madany. Ahmad berkata, ‘Ia bukan periwayat yang Tsiqah.’ Ibn
Abi Hatim dari ayahnya berkata, “Ia seorang periwayat hadits yang lemah, bahkan
hadits yang diriwayatkannya Munkar Jiddan.” (Hadits Munkar adalah hadits
yang diriwayatkan oleh periwayat yang lemah bertentangan dengan riwayat-riwayat
para periwayat yang Tsiqat-red.,).
Imam Muslim dan an-Nasa`iy berkata, “Haditsnya ditinggalkan (tidak digubris).” Sedangkan ayahnya, ‘Ubaidullah adalah seorang periwayat yang Majhul (anonim).
Imam Muslim dan an-Nasa`iy berkata, “Haditsnya ditinggalkan (tidak digubris).” Sedangkan ayahnya, ‘Ubaidullah adalah seorang periwayat yang Majhul (anonim).
Imam
asy-Syafi’iy dan Ahmad berkata (lafazh ini berasal dari Ahmad), “Ia periwayat
yang tidak dikenal.”
Sedangkan Ibn Hibban memasukkannya
dalam kitabnya “ats-Tsiqaat” yang berkata, “Anaknya, Yahya meriwayatkan
darinya, padahal ia tidak ada apa-apanya sedangkan ayahnya seorang periwayat
yang Tsiqah. Terjadinya hadits-hadits Munkar pada haditsnya karena bersumber
dari anaknya, Yahya.”
Kemudian saya (Syaikh al-Albany) melihat bahwa al-Hafizh Ibn Hajar dalam bukunya Talkhiish al-Habiir (Jld.IV, h.138) berkata, “Dikeluarkan oleh pengarang Musnad al-Firdaus dari jalur Yahya bin ‘Ubaidullah bin Mawhib…Dan Yahya adalah seorang periwayat yang Dla’if Jiddan.”
(Lihat, Silsilah al-Ahaadiits adl-Dla’ifah Wa al-Mawdluu’ah Wa Atsaruha as-Sayyi` Fi al-Ummah, Jld.III, h.411, no.1255)
Kemudian saya (Syaikh al-Albany) melihat bahwa al-Hafizh Ibn Hajar dalam bukunya Talkhiish al-Habiir (Jld.IV, h.138) berkata, “Dikeluarkan oleh pengarang Musnad al-Firdaus dari jalur Yahya bin ‘Ubaidullah bin Mawhib…Dan Yahya adalah seorang periwayat yang Dla’if Jiddan.”
(Lihat, Silsilah al-Ahaadiits adl-Dla’ifah Wa al-Mawdluu’ah Wa Atsaruha as-Sayyi` Fi al-Ummah, Jld.III, h.411, no.1255)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar