Muslimah Zone. Silahkan Kunjungi

Rabu, 05 September 2012

Prinsip Kesetaraan Berstandar Keadilan "Telaah Kritis Hadits Bias Gender "




Prinsip Kesetaraan Berstandar Keadilan
Oleh : Muhammad Fachmi Hidayat

عن أنس رضي الله عنه قال : « جئن النساء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقلن : يا رسول الله ذهب الرجال بالفضل والجهاد في سبيل الله ، فما لنا عمل ندرك فضل المجاهدين في سبيل الله؟ فقال : من قعدت منكن في بيتها فإنها تدرك عمل المجاهدين في سبيل الله  «وأخرج البزار » .

Dari Anas ra. berkata: Ada sekelompok wanita datang kepada Rasulullah saw, lalu bertanya: Wahai Rasulullah, kaum lelaki (bisa keluar rumah) untuk mencari fadhilah Allah dan berjihad dijalanNya, bagaimana dengan kita bisa mendapati fadhilah  (keutamaan) para Mujahidin fi Sabilillah (sebagaimana yang dilakukan oleh para laki-laki- pent) ? Kemudian Rasulullah saw. menjawab: “Barang siapa diantara kalian yang menetap/ tinggal dirumah, maka ia akan memperoleh amalan Mujahidin fi Sabilillah. (HR.Al Bazzar, Hadits ini beriwayat Shahih).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda : “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan dari seorang wanita tentang agamanya yang lebih dari pertanyaan ini?”

Dalam hadits diatas bahwa salah satu wanita ada yang bertanya kepada Rasulullah saw selaku wakil sekelompok wanita tersebut namanya adalah Asma’ bin Yazid bin Sakan, sebgaimana pertanyaan itu berbunyi Wahai Rasulullah, kaum lelaki (bisa keluar rumah) untuk mencari fadhilah Allah dan berjihad dijalanNya, bagaimana dengan kita bisa mendapati fadhilah  (keutamaan) para Mujahidin fi Sabilillah (sebagaimana yang dilakukan oleh para laki-laki- pent) ?.
Kemudian dipahami pula bahwa inilah sifat wanita yang alamiyah, wanita itu memiliki sifat iri hati atas segala perkara dan  sebaik-baik rasa iri yang dimiliki wanita adalah rasa irinya Asma atas amal shaleh kaum lelaki yaitu berupa jihad dijalan Allah dan amalan-amalan khusus lelaki lainya yang tidak boleh di amalkan oleh kaum wanita. dan perlu dipahami bahwa rasa iri Asma’ ini tiada tercela bahkan terpuji, terpujinya sikap iri Asma ini terjelaskan sebagaimana sabda Nabi saw “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan dari seorang wanita tentang agamanya yang lebih dari pertanyaan-Asma’-ini?”
            Dan kemudian maksud dari sabda Nabi saw “Barang siapa diantara kalian yang menetap/ tinggal dirumah, maka ia akan memperoleh amalan Mujahidin fi Sabilillah”. Adalah maksudnya bilamana sang istri yang ditinggal suaminya dijalan Allah maka istri ini juga akan mendapatkan pahala amalan sang suami. Ini dikarenkan istri adalah sebagian komponen kehidupan lelaki atas suatu kelengkapan.
            Bayangkan jika tidak ada istri, bagaimana nasib rumah dan anak-anak dari lelaki yang ada dijalan Allah itu. Siapa yang akan mengurus dan merawatnya, sedang jika tidak ada yang merawat dan mengurusnya maka anak itu akan terkena bahaya. Sedangkan seorang lelaki bertanggung jawab atas keselamatan anaknya dan juga keselamatan agamanya. Tidaklah baik lelaki timpang dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebgaimana ia sukses dalam berjihad namun lalai dalam menjaga amanat Allah (anak dan keluarga).
            Maka dari itulah istri menjadi komponen penting dalam mendukung jihad suami. Jika ada seorang istri yang menjamin kelangsungan anak dan rumah suami, maka suami akan berangkat berjihad dijalan Allah dengan tenang dan akan konsen dalam jihadnya. Maka dari sinilah pada hakekatnya istri juga menjadi komponen dalam jihad sebagaimana suaminya, makanya Nabi saw memberikan kabar gembira bahwa wanita yang tinggal dirumah yang dimana ia menjadi pengganti sementara sebagai kepala keluarga untuk mengayomi keluarga juga diberikan pahala sebagaimana suaminya.
            Sesungguhnya jihad adalah amal jam’i, sedang amal jam’i itu tidak sendiri dan terdiri dari banyak komponen seperti pasukan pemanah, berkuda dan penyerang. Namun ingat dibalik performnya para pasukan itu tentunya tidak begitu saja, dibaliknya mereka punya komponen lagi yaitu para istri-istri mereka yang turur membantu melancarkan jihad mereka.
            Kemudian dalam hadit ini juga terdapat hikmah dan maksud baik dari Allah dan Rasulnya kepada kaum perempuan bahwa Allah itu adil dan maha adil seadil-adilnya. Allah dan Rasul-Nya hendak memberikan persamaan hasil namun berbeda dalam proses. Jika kaum lelaki yang menginginkan pahala dari Allah itu harus melalui proses berjihad dijalan Allah, dimana jihad dijalan Allah membutuhkan fisik, mental dan keberanian yang kuat yang dalam suatu fitrah dan keniscayaan dilebihkan atas lelaki daripada perempuan. Sedang perempuan dibawah kaum lelaki maka ia hanya dicukupkan dikenakan proses mendapatkan pahala yang sama dengan proses sesuai porsinya selaku perempuan.
            Justru sebenarnya wanita perlu bahagia akan hal ini, bagaimana tidak bahagia jikalau hanya dengan menyusui anak, menceboki anak, menyapu rumah atau pekerjaan rumah tangga dan merawat anak serta amalan lainya yang dominan dengan menetap dirumah disamakan atau disetarakan dengan lelaki pahalanya, sedang kaum lelaki harus bersusah payah berkali lipat jikalau ingin mendapatkan pahala. Para lelaki terkadang harus terpotong tanganya dan terancam jiwanya sedang kaum wanita hanya mencukupkan mengurus anak dan rumah namun dengan pahala yang sama. Subhanallah  bukankah ini persamaan yang adil, suatu persamaan berdasarkan fitrah yang membahagiakan. Jadi inilah suatu perinsip kesetaraan dan persamaan berprinsip keadilan, Sama hasilnya namun beda prosesnya. Berbeda denga pejuang gender yang dimana mereka ingin sama prosesnya dan sama hasilnya.


Muhammad Fachmi Hidayat
Pekalongan 06/09/12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar